Pojok
Sharing
|
“Sang Musafir
Austria-lah Mengubah Hidupku”
“Saya tidak tahu mau menulis dari mana untuk
melukiskan sosok pribadi yang sulit dijangkau dengan kata-kata. Namun dalam
situasi hati yang dikabut dengan dinginnya pagi hari di Kampung Pahar, sambil menikmati secangkir kopi saya mencoba
untuk mensharingkan dari keikhlasan hati tentang segudang pengalaman selama 3
tahun berlalu bersamanya, hingga detik ini sulit melupakan kepiwaian kasihnya
kepadaku”. Dalam sharing ini saya hanya membagi pengalaman di mata saya tentang Pater Thomas Krump, SVD
sehingga saya bisa menjadi pribadi yang mengikuti biasan cintanya kepada semua
orang yang dilayani demi kemuliaan Nama DIA di bumi dan di surga.
E.. Tuang Eaaa...
(1982-1986)
“E...e
tuang eaaa... e tuang eaa....!!! (Sang Tamu Agung datang, Songsoglah dia).
Demikian teriakan sejumlah anak-anak SDK Pahar bila menjemput Pater Thomas
Krump, SVD di persawahan Ajang (Pintu gerbang masuk Stasi Pahar) saat
beliau mengunjungi Stasi Pahar setiap
minggu IV saat itu. Dalam barisan itu
saya ikut bergembira bersama teman-teman mengiringi pater Thomas hingga sampai
di Pastoran Stasi Pahar. Senyum merekah beliau memancarkan keindahan nan sejati
dan mengundang anak-anak untuk selalu dekat dengannya. Karena teriakan anak-anak
begitu kuat sering kali terlontar dengan ucapan spontan darinya “ Kamu pulang
hemm... mandi hemmm..... neka ngaok hemmmm” dan lain-lain dengan mengulangi
kata-kata yang sama. Dasar anak-anak bukannya takut dengan beliau malahan
semakin tertawa gembira bersama-sama denganya. Kami pulang darinya apa bila kepala sekolah mengusir
dengan tegas, untuk kembali ke rumah masing-masing sampai Pater Thomas
menyantap siang disaat itu.
Dalam
pemandangan lain ada dua saudari hewan ( 2 ekor kuda) yang setia menemani dia dalam berpastoral di berbagai
stasi di Paroki Rejeng. Kedua hewan ini pun tidak luput kami layani dengan
seonggok daun “Wateng” (Sejenis daun Kinggres) saat itu. Kepala sekolah saya
saat itu (Bapak Goris Gaut) dengan penuh semangat untuk menyuruh setiap
perserta didik membawa daung wateng dan dengan gembira pula siswa-siswinya
untuk membawa ke sekolah dan kemudian disiapkan disamping pastoran bagi kuda pemilik dari
misionaris Hongaria ini. Masih banyak kisah kasih yang saya rekam tentang
beliau, yang jelas masih dalam ingatan saya bahwa sejak kelas IV SD saya begitu
tertarik untuk menjadi misdinar bukan
hanya ingin tahu tetapi rasanya bahagia sekali bersamanya jika melayani bersama dia dalam pelayanan ekaristi di gereja
Stasi Pahar.
Kitab Suci itu Jatuh dari Mimbar (1986-1992)
Seusai
dari SD saya melanjutkan ke SMPN Golo welu. Di sini saya hanya bertahan 3 bulan
karena orang tua saya tidak mampu membiaya uang sekolah dan pada saat bersamaan
harus menanggung dua orang kakak di SMP St. Stefanus Ketang dan SMA Swasta di Ende.
Saat itu masih teringat dalam benaku di
pagi yang cerah, Bapak Goris Gaut memanggilku untuk membawakan firman Tuhan
(Lektor) untuk misa sekolah dari 3 SD (SDK Pahar-SDN Nati & Ndiwar).Saya
takut untuk mewakili siswa dalam membawakan bacaan pertama, bukan karena takut
membaca tetapi saya bukan anak SD lagi dan tidak pernah membaca di depan
teman-teman dalam gereja.
Saat
saya membaca salah satu lembaran KS
jatuh dari mimbar hingga keringat dingin mengucur dari dahiku. Aku membawanya dalam
keadaan gemetar namun tetap percaya diri bahwa saya bisa. Setelah perayaan
ekaristi Pater Thomas bertanya kepada Bapak Kepala desa (Bpk Philipus Rebiru)
dan kepala sekolah untuk menanyakan saya
anak siapa dan berasal dari SD mana di Stasi Pahar.
Saya
tidak tahu entah apa pembicaraan mereka tiba-tiba Pater Thomas memberi salam
kepada saya sambil berkata: “Ngoeng kaeng etang tuang hemmm”. Saya takut dan
kaget saat itu. Dalam lanjutan pembicaraanya bahwa saya akan tinggal bersama
Pater untuk memelihara kuda atau karyawan pastoran Ketang Rejeng. Ketika saya
menceritakan kepada ayah saya (Bpk. Ignas Gentor) ia sangat senang, sambil
berkata: “ Nak inilah adalah rahmat Yesus yang hadir dalam Pater Thomas, kamu
memang tidak tega oleh Tuhan untuk tinggal di kampung menjadi penggangguran, Terima dan syukur
kepada Tuhan atas kepercayaan itu”. Kata ayahku sambil menangis di saat itu.
Disambut dengan Penuh Kedamaian
Pagi
itu pukul 9.00 wib saya bersama ayah bertemu dengan Pater Thomas di Pastoran
Ketang Rejeng. Saya kaget tiba-tiba dia memeluk saya sambil berkata: “ Selamat
datang hemm, neka ritak.. neka rantang agu neka ngonde...dan selamat berkerja di sini”.
Kemudian ayah saya pamit dan menyerahkan segalanya kepada Pater Thomas dengan
ucapan terima kasih yang berlimpah.
Hari
pertama di Lingkungan Pastoran terasing bagiku. saya malu menjadi bagian penghuni baru. Saya belum
mengenal para karyawan/i pastoran. Yang menyapa saya pertama adalah adalah
Marcel (Pater Marcel Arjon SVD) dan kemudian dalam hari selanjutnya Kak
Videlis, Yoyakim, Matias Datul, Enu Yovita lembu dan Kak Ros yang sampai saat
ini masih menjadi karyawati di Pastoran Ketang.
Tugas
rutin mulai beraksi dengan cepat dibantu oleh Marcel yaitu: bangun pagi
membunyikan lonceng Gereja- mengatur perlengkapan Misa-memindahkan kuda-membunyikan
lonceng Angelus- menghidupkan generator dan sebagainya hingga setiap sabtu menemani Pater berpratroli (pastoral) di setiap stasi (Mbohang- Tonggur-Pahar-
Gencor-Urang- Anam- Rentung- Cireng) dengan penuh semangat dan gembira.
Pengalaman
selama berjalan kaki dengan Pater Thomas disetiap berpastoral bersamanya, yang masih saya ingat
adalah panggilan demikian: “ Nana neka
gelang hemmm.. asi cekoen...” sapaanya itu membuat saya rasa aman dan tenang di
hati. Saya hanya mengangguk karena berpikir bahwa inilah tugas berat sebagai
anak remaja yang ingin bebas dari rasa malu membawa kuda di setiap stasi. Pastinya
banyak orang memandang siapa yang menemani Pater Thomas dan lagi-lagi ketika ke
Pahar menjadi pergumulan berat bagiku. Itulah tipe saya saat itu yang
kadang-kadang berusaha menolak kenyataan pahit dari situasi gensi saat itu.
Monitoring Sekolah
Setelah
sarapan pagi saya selalu mengintip teman-teman seusiaku saat mereka baris-berbaris di halaman SMP Ketang
saat itu. Aku memandang mereka sambil
berkata dalam hati” andaikan aku bisa seperti mereka mungkin saat ini saya
tidak hanya melihat tetapi bergabung baris berbaris dengan mereka”. Ternyata
Pater Thomas dari kamar juga ikut memantau pemandangan yang sama. Boleh dikatakan ikut memonitoring Kegiatan Proses Belajar Mengajar
(KPBM) jarak jauh di SMP Ketang. Ketika
lonceng sekolah berbunyi tanda masuk tiba-tiba saya dengar suara yang cukup
kaget di belakang saya : “ Mau sekolah hemmm.. Haloo..... halo... mau sekolah hemmm”.
Saya berpikir Pater sedang berbicara dengan orang lain ternyata mengajak saya
untuk bisa menjawab tawaranya. Sambil bernada bercanda saya menjawab: “ Ahhh
Pater eeee... saya malu... inikan sudah bulan September... lagi pula sekolah
sudah mulai bulan Juli dan siapa yang harus biaya lagi. “ Ohh kamu sudah
berpengalaman sebelumnya, jangan takut... itu sekolah kita hemmm”. Bagaimana
hemmm kita pergi daftar sekarang ya ??” Bagaikan mimpi di siang bolong aku
terbawa oleh alunan obsesi dan selalu bertanya ada apa dengan saya ini Tuhan.
Doaku selalu terjawab dan Pater Thomas menyelami pergumulan dalam hidupku.
Terima kasih Tuhan untuk pengalaman yang berahmat ini.
Selama
saya sekolah di SMP Ketang segala
kebutuhan selalu dilengkapinya. Sepulang sekolah dan dimalam hari selalu
bertanya dan mendengar sharing dari saya setiap kejadian di sekolah. Seolah-olah
saya intel sekolah. Dalam pembicaraan kami bukan hanya menceritakan metode guru
dalam mengajar, hukuman bapak ibu guru bagi yang tidak displin tetapi lebih-lebih
tentang kemampuan akademik saya disetiap mengikuti pelajaran di kelas. Saya jujur secara akademik saat itu rendah dan Pater Thomas tidak pernah menyatakan akan
berhenti jika tidak naik kelas atau kembali menjadi karyawan tugas pokok di
Pastoran, namun rupanya semuanya dilewat begitu saja dan saya tetap
diperhatikan dengan hati yang berhumanis dan berjiwa kebapaan yang dahsyat.
Guru Kehidupan yang Berkarakter
Selama
3 tahun bersama denganya selain mensahringkan pengalaman hal ikhwal setiap
hari, Pater Thomas adalah pendengar setia. Sekecil apapun pengalamanku, kesetiaan untuk mendengarnya menjadi inspiratif
bagiku. Ketika saya membuang sampah sembarangan dengan sepontan beliau untuk
menegur tentang pentingnya kebersihan dan keindahan lingkungan hidup.
Keramahtamahan ekologis menjadi daya tarik khusus dari penyuka telur goreng
ini.
Adapun
hal-hal didikan Pater Thomas sebagai guru kehidupan saya adalah membina
karakterku hingga bisa mengenal kedalaman diri saat ini. Pater Thomas tidak pernah berhenti untuk
mengajar bagaimana cara duduk yang sopan
saat duduk di kursi makan. Beliau tidak begitu suka bila kita bicara yang
kelewatan saat makan dan cara mengambil
makan ala Eropa diajar dengan tegas dan dalam hal ini saya tidak menemukan di
sekolah Formal. Hasilnya pun jelas saya bisa menyesuaikan diri apabila dijamu
dalam restoran ala internasional semuanya berkat perhatian Pater Thomas.
Tata
kerama dan ramah terhadap lingkungan hidup merupakan bagian dari cara hidupnya.
Meskipun dia tidak terjun langsung tetapi ketajaman dan kekuatan kata-katanya mengubah
mindset kita dalam bertindak seperti contoh yang paling sederhana adalah cara membuka dan menutup pintu dan
jendela yang tepat dan benar.
Selama
3 tahun bersama dialah, saya mencuri ilmu kehidupanya hingga menjadi bagian
dari cara saya mengajar siswa ketika saya berperan sebagai bapak asrama atau
guru di sekolah. Artinya ketegasan dalam berprinsip dan lugas dalam
mengungkapkan menjadi kekuataan dasariah pembinaan saya bagi peserta didik.
Semuanya ini tidak terlepas kurikulum kehidupan Pater Thomas yang mengajar saya
dalam waktu yang singkat dan spontanitas.
Gaya
dan cara Pater Thomas dalam berbicara yang bernada tinggi bila ada hala-hal yan kurang berkenan baginya,
pastinya semua tokoh Gereja, guru, para kaum berjubah yang ada di Paroki Rejeng sudah mengenalnya. Yang saya
ambil adalah bukan kemarahanya tetapi tipe pribadi yang profesional dan cerdas
yaitu tidak menyimpan dendam seperti kebanyakan kebiasaan adat kita orang Timur
yakni terkadang mudah tersinggung atau pendendam. Dan inilah yang patut saya mencoba dan
menirunya dengan proses dalam rentang waktu yang lama yang sampai saat ini
belum menjadi bagian dari miliku.
Masih
banyak mutiara yang diperoleh dari
beliau yang sulit digoreskan dengan tinta emas dalam tulisan ini namun nuansa
hatinya yang begitu indah selalu ada dalam diri siapa saya yang pernah tinggal
bersamanya. Waktu saya SMA di Ruteng pun
(1992-1995), Beliau selalu menyempatkan diri untuk mendengar sharing saya ketika dia di
Biara Provinsialat Ruteng secara berkala. Perhatiannya luar biasa dan saya
merasa berutang budi karena semua kasih Pater Thomas tidak bisa saya lunasi
namun saya percaya kasih itu saya jawab dengan menjadi seorang Biarawan (Bruder) yang juga
menebarkan ragi Kristus di Kalimantan dalam bidang pendidikan berawal dari
taburan rahmat Allah lewat didikan Pater Thomas.
Apa
yang kuanggap kepahitan selama bersamanya menjadi kemanisan sejati saat saya
sendiri mengalami kasih Tuhan lewat orang yang
saya layani. Semoga Pater Thomas Krump SVD menjadi gerbang dan pilar
spiritualitas hidup saya ataupun siapa
saja yang pernah bersama denganya. Akhirnya “Selamat Pesta emas bagi Pater
untuk 50 Thn berkarya di Paroki Rejeng. Separuh dari hidupmu sudah melayani
dengan hati yang tulus bagi umatMu di Paroki Rejeng. Tuhanlah yang membalas
kasihMu. “Sekali Pater Thomas Krump, Tetap Pater Thomas Krump. ** Bruder Flavianus, MTB
Kampung Pahar, 28 Juli 2014
**
Penulis adalah seorang Biarawan yang saat
ini sedang berkarya di Kota Borneo tepatnya
di SMP St. Tarsisius Singkawang Kalimantan Barat alumni SMP Ketang anngkatan ke
4.
Karya-karya
Orisinil ini Kupersembahakan untuk Pater Thomas Krump,
SVD dalam HUT ke 50 berkarya di Paroki Rejeng Ketang.
P-A- T-E-R T-H-O-M-A-S
K-R-U-M-P S-V-D
Perjalanan Kasih Cintanya di Paroki di
Rejeng
Akan terasa labuhan Kasih-Nya yang indah bagi para peziarah
Tak terasa 50 tahun menabur benih
Injil di tanah Rejeng
Entah kekuatan apa yang membuat betah
menetap di tempat ini
Rahmat Tuhan tak
pernah habis bagi umatNya oleh tangan humanisnya.
Tertatih-tatih dalam menabur ragi di
stasi Stasi
Hanya demi KemulianNya mengorbankan
segala waktu dan pikirannya
Oleh semua umat disambut dalam
keramahtamahan Ilahi
Meskipun tidak tahu bagaimana cara
untuk membalas kasihnya
Akankah ini abadi bagi pewarta
berikutnya.
Setiap orang merasakan kebaikannya di
sepanjang sejarah
Keramah tamahan sebagai ras Eropa
Rupanya menjadi bagian metode berkatekese
Untuk memberi isyarat simbol kegembiraan
nilai Injili
Matanya selalu berbinar seakan menyinari titik
pelayanan yang sulit
Pada saatnya akan Indah karena
bersamaNya dengan penuh riang
Sabda Kristus menjadi spiritual
kongregasinya
Versi Allah yang nyata dalam di alam
semesta ini
Dalam Dialah selalu bergembira
mewartakan namaNya sepanjang masa
Kampung
Pahar, 28 Juli 2014
Br. Flavianus Ngardi, MTB
MUTIARA CINTA DARI
HONGARIA
Paras eloknya mengagumi semua
orang
Tak akan lari dari padanya
ketika berpandang mata
Tatapan wajahnya menatap kasih
Tak batas ruang dan waktu untuk
bersamanya
Konsitensi pilihan panggilanya
menjadi insipiratif
Visi misi injil ditaburkan
dengan penuh mesra
Sekali menginjak tanah
pilihannya
Tak akan mengubah dari niat
tulusnya
Hati dan mata dengan jernih
mengarah kedepan
Tahap demi tahap membangun
keberadaban manusia
Dia beranji teguh untuk
mencerdaskan hati dan iman
Hingga dirasakan oleh semua
umat di Rejeng
Lorong-lorong pewartaan dapat
dijangkau dengan hati
Bergumul dalam teritorial yang
terjal dalam gapai cinta
Hanya dengan senyum merekah
menjalani dengan hati
Hingga dinikmati oleh banyak
orang..
Adakah hati kita ikut merintis
jalan yang dibangunya?
Adakah pikiran kita ikut
mercerdaskan dengan membuka sekolah
Adakah iman kita ikut
mendirikan Gereja dan bangunan gereja?
Hanya Mutiara dari Hongaria
dapat beraksi taburan KasihNya
Kampung
Pahar, 28 Juli 2014
Bruder
Flavianus Ngardi, MTB
Misionaris Militan Kristus
Tidak ada kata lelah keluar dari bibirnya
Sekalipun bisa dirasakan dengan dirinya sendiri
Tak ada perasaan bosan dalam berpastoral
Sekalipun bergumul dengan segala persoalan
Putra kelahiran Hongaria dari keluarga mewah
Turun ke tanah untuk menunggang Kuda
Pesona kunjungan umat dalam aroma keceriaan
Menjadi magnet khusus bagi orang muda
Tidak mau meninggalkan umat yang sedang sakit
Berusaha mengunjunginya untuk memberi TubuhNya
Tidak menghindari medan yang sulit
Malahan ditantang untuk bersahabat
Kini kakinya yang sudah berjalan beribu meter
Tak mampu lagi bertahan di mimbar
Kekuatan ototnya sudah dikurbankan bagi umat
Rejeng
Demi Karya keselamatan Allah
Mungkinkah
nostalgia itu dapat diulangi
Namun tak mampu untuk mengungkapkannya
Hanya kata-kata yang terucap dengan kasih
Sudah 50 Tahun aku berbagi ragi di Paroki Rejeng
Ya.. dialah militan Kristus sejati
Dialah misionaris brilian dari Hongaria
Berjuang bersama umat Kristus
Demi keselamatan Abadi.
Kampung Pahar, 28 Juli
2014
Bruder Flavianus Ngardi, MTB