Senin, 02 Maret 2015

Ini Sejarah Hidupku


Pojok Sharing



“Sang Musafir Austria-lah Mengubah Hidupku 
“Saya tidak tahu mau menulis dari mana untuk melukiskan sosok pribadi yang sulit dijangkau dengan kata-kata. Namun dalam situasi hati yang dikabut dengan dinginnya pagi hari di Kampung Pahar,  sambil menikmati secangkir kopi saya mencoba untuk mensharingkan dari keikhlasan hati tentang segudang pengalaman selama 3 tahun berlalu bersamanya, hingga detik ini sulit melupakan kepiwaian kasihnya kepadaku”. Dalam sharing ini saya hanya membagi pengalaman  di mata saya tentang Pater Thomas Krump, SVD sehingga saya bisa menjadi pribadi yang mengikuti biasan cintanya kepada semua orang yang dilayani demi kemuliaan Nama DIA di bumi dan di surga.

E.. Tuang Eaaa...  (1982-1986)
“E...e tuang eaaa... e tuang eaa....!!! (Sang Tamu Agung datang, Songsoglah dia). Demikian teriakan sejumlah anak-anak SDK Pahar bila menjemput Pater Thomas Krump, SVD di persawahan Ajang (Pintu gerbang masuk Stasi Pahar) saat beliau  mengunjungi Stasi Pahar setiap minggu IV  saat itu. Dalam barisan itu saya ikut bergembira bersama teman-teman mengiringi pater Thomas hingga sampai di Pastoran Stasi Pahar. Senyum merekah beliau memancarkan keindahan nan sejati dan mengundang anak-anak untuk selalu dekat dengannya. Karena teriakan anak-anak begitu kuat sering kali terlontar dengan ucapan spontan darinya “ Kamu pulang hemm... mandi hemmm..... neka ngaok hemmmm” dan lain-lain dengan mengulangi kata-kata yang sama. Dasar anak-anak bukannya takut dengan beliau malahan semakin tertawa gembira bersama-sama denganya. Kami pulang  darinya apa bila kepala sekolah mengusir dengan tegas, untuk kembali ke rumah masing-masing sampai Pater Thomas menyantap siang disaat itu.
Dalam pemandangan lain ada dua saudari hewan ( 2 ekor kuda) yang setia  menemani dia dalam berpastoral di berbagai stasi di Paroki Rejeng. Kedua hewan ini pun tidak luput kami layani dengan seonggok daun “Wateng” (Sejenis daun Kinggres) saat itu. Kepala sekolah saya saat itu (Bapak Goris Gaut) dengan penuh semangat untuk menyuruh setiap perserta didik membawa daung wateng dan dengan gembira pula siswa-siswinya untuk membawa ke sekolah dan kemudian disiapkan disamping pastoran bagi kuda  pemilik dari misionaris Hongaria ini. Masih banyak kisah kasih yang saya rekam tentang beliau, yang jelas masih dalam ingatan saya bahwa sejak kelas IV SD saya begitu tertarik untuk  menjadi misdinar bukan hanya ingin tahu tetapi rasanya bahagia sekali bersamanya jika melayani  bersama dia dalam pelayanan ekaristi di gereja Stasi Pahar.

Kitab Suci itu Jatuh dari Mimbar (1986-1992)
Seusai dari SD saya melanjutkan ke SMPN Golo welu. Di sini saya hanya bertahan 3 bulan karena orang tua saya tidak mampu membiaya uang sekolah dan pada saat bersamaan harus menanggung dua orang kakak di SMP St. Stefanus Ketang dan SMA Swasta di Ende. Saat itu  masih teringat dalam benaku di pagi yang cerah, Bapak Goris Gaut memanggilku untuk membawakan firman Tuhan (Lektor) untuk misa sekolah dari 3 SD (SDK Pahar-SDN Nati & Ndiwar).Saya takut untuk mewakili siswa dalam membawakan bacaan pertama, bukan karena takut membaca tetapi saya bukan anak SD lagi dan tidak pernah membaca di depan teman-teman dalam gereja.
Saat saya membaca  salah satu lembaran KS jatuh dari mimbar hingga keringat dingin mengucur dari dahiku. Aku membawanya dalam keadaan gemetar namun tetap percaya diri bahwa saya bisa. Setelah perayaan ekaristi Pater Thomas bertanya kepada Bapak Kepala desa (Bpk Philipus Rebiru) dan kepala sekolah  untuk menanyakan saya anak siapa dan berasal dari SD mana di Stasi Pahar.
Saya tidak tahu entah apa pembicaraan mereka tiba-tiba Pater Thomas memberi salam kepada saya sambil berkata: “Ngoeng kaeng etang tuang hemmm”. Saya takut dan kaget saat itu. Dalam lanjutan pembicaraanya bahwa saya akan tinggal bersama Pater untuk memelihara kuda atau karyawan pastoran Ketang Rejeng. Ketika saya menceritakan kepada ayah saya (Bpk. Ignas Gentor) ia sangat senang, sambil berkata: “ Nak inilah adalah rahmat Yesus yang hadir dalam Pater Thomas, kamu memang tidak tega oleh Tuhan untuk tinggal di kampung  menjadi penggangguran, Terima dan syukur kepada Tuhan atas kepercayaan itu”. Kata ayahku sambil menangis  di saat itu.
Disambut dengan Penuh Kedamaian
Pagi itu pukul 9.00 wib saya bersama ayah bertemu dengan Pater Thomas di Pastoran Ketang Rejeng. Saya kaget tiba-tiba dia memeluk saya sambil berkata: “ Selamat datang hemm, neka ritak.. neka rantang  agu neka ngonde...dan selamat berkerja di sini”. Kemudian ayah saya pamit dan menyerahkan segalanya kepada Pater Thomas dengan ucapan terima kasih yang berlimpah.
Hari pertama di Lingkungan Pastoran terasing bagiku. saya malu  menjadi bagian penghuni baru. Saya belum mengenal para karyawan/i pastoran. Yang menyapa saya pertama adalah   adalah Marcel (Pater Marcel Arjon SVD) dan kemudian dalam hari selanjutnya Kak Videlis, Yoyakim, Matias Datul, Enu Yovita lembu dan Kak Ros yang sampai saat ini masih menjadi karyawati di Pastoran Ketang.
Tugas rutin mulai beraksi dengan cepat dibantu oleh Marcel yaitu: bangun pagi membunyikan lonceng Gereja- mengatur perlengkapan Misa-memindahkan kuda-membunyikan lonceng Angelus- menghidupkan generator dan sebagainya hingga setiap sabtu  menemani Pater berpratroli (pastoral)  di setiap stasi (Mbohang- Tonggur-Pahar- Gencor-Urang- Anam- Rentung- Cireng) dengan penuh semangat dan gembira.
Pengalaman selama berjalan kaki dengan Pater Thomas disetiap  berpastoral bersamanya, yang masih saya ingat adalah  panggilan demikian: “ Nana neka gelang hemmm.. asi cekoen...” sapaanya itu membuat saya rasa aman dan tenang di hati. Saya hanya mengangguk karena berpikir bahwa inilah tugas berat sebagai anak remaja yang ingin bebas dari rasa malu membawa kuda di setiap stasi. Pastinya banyak orang memandang siapa yang menemani Pater Thomas dan lagi-lagi ketika ke Pahar menjadi pergumulan berat bagiku. Itulah tipe saya saat itu yang kadang-kadang berusaha menolak kenyataan pahit dari situasi gensi saat itu.
Monitoring Sekolah
Setelah sarapan pagi saya selalu mengintip teman-teman seusiaku  saat mereka baris-berbaris di halaman SMP Ketang saat itu. Aku  memandang mereka sambil berkata dalam hati” andaikan aku bisa seperti mereka mungkin saat ini saya tidak hanya melihat tetapi bergabung baris berbaris dengan mereka”. Ternyata Pater Thomas dari kamar juga ikut memantau pemandangan yang sama. Boleh dikatakan ikut memonitoring Kegiatan Proses Belajar Mengajar (KPBM)  jarak jauh di SMP Ketang. Ketika lonceng sekolah berbunyi tanda masuk tiba-tiba saya dengar suara yang cukup kaget di belakang saya : “ Mau sekolah hemmm.. Haloo..... halo... mau sekolah hemmm”. Saya berpikir Pater sedang berbicara dengan orang lain ternyata mengajak saya untuk bisa menjawab tawaranya. Sambil bernada bercanda saya menjawab: “ Ahhh Pater eeee... saya malu... inikan sudah bulan September... lagi pula sekolah sudah mulai bulan Juli dan siapa yang harus biaya lagi. “ Ohh kamu sudah berpengalaman sebelumnya, jangan takut... itu sekolah kita hemmm”. Bagaimana hemmm kita pergi daftar sekarang ya ??” Bagaikan mimpi di siang bolong aku terbawa oleh alunan obsesi dan selalu bertanya ada apa dengan saya ini Tuhan. Doaku selalu terjawab dan Pater Thomas menyelami pergumulan dalam hidupku. Terima kasih Tuhan untuk pengalaman yang berahmat ini.
Selama saya sekolah di SMP Ketang  segala kebutuhan selalu dilengkapinya. Sepulang sekolah dan dimalam hari selalu bertanya dan mendengar sharing dari saya setiap kejadian di sekolah. Seolah-olah saya intel sekolah. Dalam pembicaraan kami bukan hanya menceritakan metode guru dalam mengajar, hukuman bapak ibu guru bagi yang tidak displin tetapi lebih-lebih tentang kemampuan akademik saya disetiap mengikuti pelajaran di kelas.  Saya jujur secara akademik saat itu rendah dan  Pater Thomas tidak pernah menyatakan akan berhenti jika tidak naik kelas atau kembali menjadi karyawan tugas pokok di Pastoran, namun rupanya semuanya dilewat begitu saja dan saya tetap diperhatikan dengan hati yang berhumanis dan berjiwa kebapaan yang dahsyat.


Guru Kehidupan yang Berkarakter
Selama 3 tahun bersama denganya selain mensahringkan pengalaman hal ikhwal setiap hari, Pater Thomas adalah pendengar setia. Sekecil apapun pengalamanku, kesetiaan untuk mendengarnya menjadi inspiratif bagiku. Ketika saya membuang sampah sembarangan dengan sepontan beliau untuk menegur tentang pentingnya kebersihan dan keindahan lingkungan hidup. Keramahtamahan ekologis menjadi daya tarik khusus dari penyuka telur goreng ini.
Adapun hal-hal didikan Pater Thomas sebagai guru kehidupan saya adalah membina karakterku hingga bisa mengenal kedalaman diri saat ini.  Pater Thomas tidak pernah berhenti untuk mengajar bagaimana cara duduk  yang sopan saat duduk di kursi makan. Beliau tidak begitu suka bila kita bicara yang kelewatan saat makan dan  cara mengambil makan ala Eropa diajar dengan tegas dan dalam hal ini saya tidak menemukan di sekolah Formal. Hasilnya pun jelas saya bisa menyesuaikan diri apabila dijamu dalam restoran ala internasional semuanya berkat perhatian Pater Thomas.
Tata kerama dan ramah terhadap lingkungan hidup merupakan bagian dari cara hidupnya. Meskipun dia tidak terjun langsung tetapi ketajaman dan kekuatan kata-katanya mengubah mindset kita dalam bertindak seperti contoh yang paling sederhana  adalah cara membuka dan menutup pintu dan jendela yang tepat dan benar.
Selama 3 tahun bersama dialah, saya mencuri ilmu kehidupanya hingga menjadi bagian dari cara saya mengajar siswa ketika saya berperan sebagai bapak asrama atau guru di sekolah. Artinya ketegasan dalam berprinsip dan lugas dalam mengungkapkan menjadi kekuataan dasariah pembinaan saya bagi peserta didik. Semuanya ini tidak terlepas kurikulum kehidupan Pater Thomas yang mengajar saya dalam waktu yang singkat dan spontanitas.
Gaya dan cara Pater Thomas dalam berbicara yang bernada tinggi  bila ada hala-hal yan kurang berkenan baginya, pastinya semua tokoh Gereja, guru, para kaum berjubah yang ada di Paroki Rejeng sudah mengenalnya. Yang saya ambil adalah bukan kemarahanya tetapi tipe pribadi yang profesional dan cerdas yaitu tidak menyimpan dendam seperti kebanyakan kebiasaan adat kita orang Timur yakni terkadang mudah tersinggung atau pendendam.  Dan inilah yang patut saya mencoba dan menirunya dengan proses dalam rentang waktu yang lama yang sampai saat ini belum menjadi bagian dari miliku. 
Masih banyak  mutiara yang diperoleh dari beliau yang sulit digoreskan dengan tinta emas dalam tulisan ini namun nuansa hatinya yang begitu indah selalu ada dalam diri siapa saya yang pernah tinggal bersamanya. Waktu saya SMA  di Ruteng pun (1992-1995), Beliau selalu menyempatkan diri untuk mendengar sharing saya  ketika dia di Biara Provinsialat Ruteng secara berkala. Perhatiannya luar biasa dan saya merasa berutang budi karena semua kasih Pater Thomas tidak bisa saya lunasi namun saya percaya kasih itu saya jawab dengan menjadi  seorang Biarawan (Bruder) yang juga menebarkan ragi Kristus di Kalimantan dalam bidang pendidikan berawal dari taburan rahmat Allah lewat didikan Pater Thomas.
Apa yang kuanggap kepahitan selama bersamanya menjadi kemanisan sejati saat saya sendiri mengalami kasih Tuhan lewat orang yang saya layani. Semoga Pater Thomas Krump SVD menjadi gerbang dan pilar spiritualitas hidup saya  ataupun siapa saja yang pernah bersama denganya. Akhirnya “Selamat Pesta emas bagi Pater untuk 50 Thn berkarya di Paroki Rejeng. Separuh dari hidupmu sudah melayani dengan hati yang tulus bagi umatMu di Paroki Rejeng. Tuhanlah yang membalas kasihMu. “Sekali Pater Thomas Krump, Tetap Pater Thomas Krump. ** Bruder Flavianus, MTB
                                                               Kampung Pahar, 28 Juli 2014
** Penulis adalah seorang Biarawan yang saat ini sedang berkarya di  Kota Borneo tepatnya di SMP St. Tarsisius Singkawang Kalimantan Barat alumni SMP Ketang anngkatan ke 4.



         















Karya-karya   Orisinil  ini Kupersembahakan untuk Pater Thomas Krump, SVD dalam HUT ke 50 berkarya di Paroki Rejeng Ketang.

P-A- T-E-R     T-H-O-M-A-S   K-R-U-M-P    S-V-D
Perjalanan Kasih Cintanya di Paroki di Rejeng
Akan terasa labuhan Kasih-Nya  yang indah bagi  para peziarah
Tak terasa 50 tahun menabur  benih  Injil di tanah Rejeng
Entah kekuatan apa yang membuat betah menetap di tempat ini
Rahmat Tuhan   tak pernah habis bagi umatNya oleh tangan humanisnya.

Tertatih-tatih dalam menabur ragi di stasi Stasi
Hanya demi KemulianNya mengorbankan segala waktu dan pikirannya
Oleh semua umat disambut dalam keramahtamahan Ilahi
Meskipun tidak tahu bagaimana cara untuk membalas kasihnya
Akankah ini abadi bagi pewarta berikutnya.
Setiap orang merasakan kebaikannya di sepanjang sejarah

Keramah tamahan sebagai ras Eropa
Rupanya menjadi bagian  metode berkatekese
Untuk memberi isyarat simbol kegembiraan nilai Injili
Matanya  selalu berbinar seakan menyinari titik pelayanan yang sulit
Pada saatnya akan Indah karena bersamaNya dengan penuh riang        

Sabda Kristus menjadi spiritual kongregasinya
Versi Allah yang nyata dalam di alam semesta ini
Dalam Dialah selalu bergembira mewartakan namaNya sepanjang masa

                                                            Kampung Pahar, 28 Juli 2014       
                                                                 Br. Flavianus Ngardi, MTB


MUTIARA CINTA DARI HONGARIA

Paras eloknya mengagumi semua orang
Tak akan lari dari padanya ketika berpandang mata
Tatapan wajahnya menatap kasih
Tak batas ruang dan waktu untuk bersamanya

Konsitensi pilihan panggilanya menjadi insipiratif
Visi misi injil ditaburkan dengan penuh mesra
Sekali menginjak tanah pilihannya
Tak akan mengubah dari niat tulusnya

Hati dan mata dengan jernih mengarah kedepan
Tahap demi tahap membangun keberadaban manusia
Dia beranji teguh untuk mencerdaskan hati dan iman
Hingga dirasakan oleh semua umat di Rejeng

Lorong-lorong pewartaan dapat dijangkau dengan hati
Bergumul dalam teritorial yang terjal dalam gapai cinta
Hanya dengan senyum merekah menjalani dengan hati
Hingga dinikmati oleh banyak orang..

Adakah hati kita ikut merintis jalan yang dibangunya?
Adakah pikiran kita ikut mercerdaskan dengan membuka sekolah
Adakah iman kita ikut mendirikan Gereja dan bangunan gereja?
Hanya Mutiara dari Hongaria dapat beraksi taburan KasihNya

                                                                   Kampung Pahar, 28 Juli 2014
                                                                  Bruder Flavianus Ngardi, MTB


                                      Misionaris  Militan Kristus

Tidak ada kata lelah keluar dari bibirnya
Sekalipun bisa dirasakan dengan dirinya sendiri
Tak ada perasaan bosan dalam berpastoral
Sekalipun bergumul dengan segala persoalan

Putra kelahiran Hongaria dari keluarga mewah
Turun ke tanah untuk menunggang Kuda
Pesona kunjungan umat dalam aroma keceriaan
Menjadi magnet khusus bagi orang muda

Tidak mau meninggalkan umat yang sedang sakit
Berusaha mengunjunginya  untuk memberi TubuhNya
Tidak menghindari medan yang sulit
Malahan ditantang untuk bersahabat

Kini kakinya yang sudah berjalan beribu meter
Tak mampu lagi bertahan di mimbar
Kekuatan ototnya sudah dikurbankan bagi umat Rejeng
Demi Karya keselamatan Allah

Mungkinkah  nostalgia itu dapat diulangi
Namun tak mampu untuk mengungkapkannya
Hanya kata-kata yang terucap dengan kasih
Sudah 50 Tahun aku berbagi ragi di Paroki Rejeng

Ya.. dialah militan Kristus sejati
Dialah misionaris brilian dari Hongaria
Berjuang bersama umat Kristus
Demi keselamatan Abadi.
Kampung Pahar, 28 Juli 2014
                                                                  Bruder Flavianus Ngardi, MTB




Cerpen 03



AKU MEMBERI NAMANYA STEVEN
“Aku tidak tahu sejak ia menatapku rasanya ada sesuatu yang mau dikatakan padaku. Tetapi bagaimana ya sayakan siswa baru tidak mungkinlah saya memperkenal diri kepadanya”. Lagian masak cewek nembak duluan malu ah”. Demikian bathinku ketika bergumul dengan kakak mentor MOS (Masa Orientasi Sekolah) saat itu. “Cindy!! Sini.. cepetan! “Ada apa kak”. “Jangan jawab kakak seperti itu!” “Kamu masih adik kelas baru! Belum diterima beneran di sekolah ini  udah berlagak gitu!! Jawab:” SIAP Kak!!!. Kakiku gemetaran. Rasanya ingin tanganku meninju mukanya. Semua teman satu kelompok MOS pada bengong memandang sikapku yang tidak biasanya hari pertama di sekolah itu. “Aduh kalau tahu begini bakalan saya ngga mau sekolah di SMA ini, kog kakaknya seram banget”. Pikirku saat itu.
“Cie..ilee…. udah dapat dia?” Hem… gila loe udah bisa menakluk kakak kelas ya”. Celoteh Ranty teman dekat SMP Cindy sambil lirik ke sahabatnya bernama Steven. “Udahlah ga usah kayak gitu ngomongnya, kasian si Cindy dong!” Bela Steven dengan penuh perhatian.Saya teringat pengalaman sore itu. Saya pulang rumah sambil berdiam diri. Rasanya ngga ada hati lagi di sekolah itu.  Pokoknya galau bangets. Harapanku dihari ke 3 esok ggak ada lagi pengalaman seperti hari ini. Aku bosan jadi bahan tertawaan teman-temanku. Belum lagi ejekan dari Ranty semakin lengkaplah kejengkelanku. Untung masih ada sahabatku Steven membelaku. Tetapi aku juga aneh ya kenapa saya lebih bersahabat dengan cowok. Pada  hal banyak teman cewek yang care dengan aku. Barang kali kehadiran si Steven bisa mengimbangi perasaanku. Karena saya merasa betul bahwa Steven bukan hanya sahabat tetapi boleh di katakan abang kandungku.
“Gebrak!!!... Door!!! Saya menendang pintu kamarku sambil menutup keras-keras. “Ada apa nak! Sahut mama dengan nada keibuan. “Enggak bu lagi kesel dengan MOS di sekolah tuh. “Udah..udah pokoknya sabar nak! Mama juga dulu gitu kog”.  “Anggaplah pengalaman MOS menguji mental kamu supaya siap menimba ilmu di sekolah itu”. Lagian itu kan sekolah pilihanmu bukan!” “Ya Mami.. tetapi,.. rasanya belum tiga hari seperti setahun disana lho Mi”. Jawabku untuk membela perasaanku dengan nada ketus.
          Setelah makan malam saya sejenak baring di kursi sofa sambil membolak balik buku MOS tentang kegiatan hari ketiga. Tiba-tiba  ada nada panggilan sebanyak 3 kali. Aku takut dan mulai berpikir jangan-jangan si Tono kakak mentorku. “Aduh terima enggak ya? Saya takut dan dari mana dia tahu nomor hand phoneku (HP). “Ya Halo.. dengan siapa Ya?. “Aku Tono dik, kakak mentor yang dikelompokmu. Ya kak.. sorry dari mana tahu nomor HPku ya? “Sayakan belum kasih sama kakak”. Enggak usah tanya gitu ah pokoknya aku mau ngomong samak dik!” Boleh nggak sih?. “Hemm silakan saja!” sahutku sambil melirik Papa dan Mama yang juga asyik nonton TV di kamar tamu bagian dua. “Hemm… aku minta maaf sama kamu deh!” Semua yang aku lakukan tadi siang hanya mau menyatakan “I Love You”. Aku langsung matikan HPku dan ketakutanku semakin jadi. “Ah gila dia nih” teriakanku sambil merebah diri di tempat tidur. Aku baru tahu ada juga tipe cowok seperti ini kayak mahluk siluman saja dia”. Ya.. saya jawab bersedia nggak ya, jadi pacarnya. “Ah tidak! Saya masih kelas 1 SMA lagi pula bisa saja aku terjebak dengan aktingya tuh”. Sungguh-sungguh  semakin bergulat dengan perasaan-perasaan suramku malam itu.
          Pada hari penutupan MOS saya pura-pura diam. Pada hal dua hari sebelumnya saya  semangat memberi arahan satu kelompok. “Heloo… wouuuu si Kucing manis lagi  ngelamun!” Ejek Rina yang selalu tidak suka dengan Cindy.”Cewek sialan,kalian enggak boleh sikap kayak gitu denganya! “Biarkan dia berdiam diri dog! “Mungkin dia capeklah! “ Atau kalau dia mau berdiam diri apa urusan dengan loe! “Berengsenk urus aja dirimu! “Hari gini sukanya provokator dengan pribadi orang! Lagi-lagi bela si Steven semakin meneguhkan bahwa dialah sahabat sejatiku yang setia menemani aku setiap mengalami kesulitan. Aku pun tidak mau membalas teman-teman yang mengejekku. Anggaplah mereka sebagai tantangan sekaligus ingin belajar karakter teman yang berasal dari SMP yang berbeda. Semoga saya dapat satu kelas dengan mereka di SMA. Supaya saya mengajar dia arti sahabat sejati dalam hidup ini.
          Malam pemilihan King dan Quint (Raja dan Ratu) Mos 2015 adalah moment yang pas untuk menunjukkan keberadaan diri saya di hadapan 500 teman baruku. Ketika namaku disebut sebagai Quint, mataku berbinar-binar dan Rajanya adalah Steven sahabat sejatiku. Semua mata dari dewan guru,Panitia Mos dan teman-teman terheran-heran melihat pola tingkah laku kami di hadapan mereka. Saya berbisik pada telinga sahabatku. “Steven, kita aksinya harus romantis ya, saya mau mengajar kakak mentor yang suka ngerjain aku selama MOS ya? Sahabatku sangat setuju. Malam itu kami mengeliling api unggun diringin music  seperti di Film “Titanic. Saya menatap Tono dan rupanya sakit hati akan aktingku malam itu. Steven sahabatku mengerti akan situasi tersebut. Dan aku berhasil. Steven menggendong saya tinggi-tinggi setelah itu mencium keningku sambil menyerahkan setangkai bunga mawar. Tepukan tangan meriah  gegap gempita hingga tiada henti-hentinya pujian malam itu.”Siswa-siswa sekalian! “Saya kagum malam ini, karena Cindy dan Steven siswa baru dapat mengubah situasi malam ini menjadi kenangan yang indah.” “Saya percaya mereka bukan soal jatuh cinta tetapi ada seni dalam diri berdua bahwa di SMA ini mereka membuka pikiran dan wawasan kita untuk tidak kaku dalam bersahabat”. Sambutan kepala sekolah gaul itu semakin mengiris perasaan Tono.
          Hari pertama sekolah, aku semangat sekali untuk melihat kelasku. Aku tidak takut lagi dengan siapa saja. Modal keberanianku sudah ada sejak terpilih menjadi Ratu MOS. Aku menunjukan kepada sekolah bahwa di sini tidak ada junior dan senior.  Tidak ada yang kaya dan miskin. Tidak ada yang pintar dan bodoh. Semua hebat dan cerdas. Asal kita mau tekun belajar dan berinovatif. Kita sama-sama meraih impian yang sama. Satu hati wujudkan  sekolah yang berprestasi baik dalam akademik maupun non akademik dan tidak ada lagi musuh di antara kita.
Satu tahun tidak terasa dan saya juga senang sekali karena bisa mendapat juara umum. Asyiknya juga karena mendapat beasiswa penuh. Sekolah ini memang impian semua remaja. Semua siswa wajib mengikuti kegiatan ekskul sesuai bakat dan kemampuan masing-masing. Saya suka di bidang ekskul foto grafi dan Perfilman. Ini pengalaman di sekolah indah “ Very nice man!  Namun saya seperti ruang hampa di rumah. Orang tuaku tidak pernah memberi semangat dalam hidupku. Yang ada adalah omelan melulu. Saya tidak habis pikir kenapa papa dan mama selalu mencurigai saya setiap kali mengikuti kegiatan di sekolah hingga malam hari. Pada hal  saya sudah memberi alasan jelas bahwa saya termasuk pengurus OSIS. Kalau soal pacaran dengan Tono saya sudah terbuka dengan papa dan mama bahwa kami sebatas pacarab saja, tidak lebih dari itu. Titik.  “Uh… sebel deh orang tua kayak gini”. Betul-betul enggak ngerti dengan perasaanku”. Usilku alam hati, setiap kali dimarahi oleh mereka berdua di rumah. Aku iri dengan orang tua temanku yang selalu member pencerahan bagi anaknya.
          Selama pacaran dengan Tono saya selalu menolak hangout dimalam minggu. Apa lagi ke Mall saya suka Hiking, potret alam dan membuat perfilman documenter. Sayangnya hoby Tono hanya menonton di Bioskop melulu. “Bang.. kan udah kelas XII, boleh enggak kita putus sementara hubungan kita. “Aku tidak mau abang gagal dalam cita-cita nih” Rupanya kekuatan kata-kataku membuat dia tertegun dan memang akhirnya dia lulus dengan memuaskan. Pengalaman berpacaran denganya sangat dingin. Aku juga mengakui hal itu. Masalahnya Papa dan mama selalu mengawasiku setiap saat. Bahkan sekali saya marah adik lakiku disekolah bak Polisi Intel melihat jalan berdua dengan Tono. “Yahhhh kita buktikan apakah aku berpacaran kelewatan sampai prestasiku turun enggak sih?” Aku sungguh tersiksa dengan sikap kedua orang tuaku. Untung ada sobat Steven selalu memberi pencerahan kepada ku agar aku tetap sabar dan taat pada nasehat orang tua. “ Ven kita bukan anak kecil lagi! “ Masak nasehatya kayak zaman Siti Nurbaya saja sih”. Itulah kata-kata terakhirku sebelum berpisah dari sekolah tersebut.
          Tidak terasa ketika tamat SMA aku harus memikirkan ke jenjang Peguruan Tinggi. Aku memilih Universitas ternama di Jakarta. Saya bukan mengejar Tono lagi pula saya tidak berpacaran dengan dia lagi. Orang tuaku tidak melarang saya keluar dari daerah Kalimantan. Asalkan saya bisa bertanggungjawab atas pilihanku. Aku merasa bahwa kuliah di perguruan tinggi harus kreatif. Jurusanku memang agak unik yaitu manajemen Internasional. Selama kuliah tidak ada hambatan baik soal biaya maupun prestasi di kampus. Cuma saya berperang bathin! Mengapa orang tuaku mengirim uang tetapi jarang mengangkat telponku jika ingin mengabarkan situasi saya dan tentang keadaan mereka. Saya tahu mereka siang malam sibuk memperhatikan restoran ternama di kota kelahiranku. Aduh… apakah aku ini anak kandung mereka ga sih? Gumulku disetiap kali sebelum tidur dimalam hari. Pada semester VIII aku dan teman-teman selama 6 bulan mengadakan KKN (Kerja Kuliah Nyata). Aku mendapat di perusahan Jepang dibidang Marketing Produk Sambal ekspor Asia Tenggara. Aku senang karena Manajer menempatku bagian database input dan output  barang prodak. Setiap hari mengotak atik  komupter di ruang paling istimewa bersamanya.
          Suatu hari laptopku kena virus dan rupanya dia dengan rela memperbaikinya. “Enggak usah Pa saya ada teman di Toko Komputer kog”. Enggak apa-apa!” Saya juga  bisa kog! Sahut Pa Teddy dengan tegas. Aku tahu Pa Teddy memang background Teknik Informatika. Setiap kali menatap dengannya selalu ada pertanyaan yang aneh dalam bathinku. Aku mulai takut dan selalu ingat pesan kedua orang tuaku. Aku tidak mau mengalami yang aneh dalam hidupku. Suatu hari aku terjebak dalam pesta HUTku. Dia memberi aku  perhiasan yang sangat menggodai saya untuk memakainya. Hadiah ini berupa kalung emas seharga 150 Dollar Singapura. Aku  berpikran positif saja. Rupanya pemberian hadianya  hanya mau merebut hatiku. “Tuhan janganlah ini terjadi padaku!. Aku mulai takut karena tinggal  2 minggu aku selesai daritempat KKN. “Aduh aku menyesal selama ini saya terlalu mengandalkan kemampuanku”. “Kenapa baru sekarang ingat Tuhan”. “Saya hidup sia-sia! “Papa Mama mendidiku secara Kristiani dalam keluarga akhirnya juga digagalkan oleh kuasa diriku yang tidak teratur!. Hatiku seperti tikaman maut disenja itu. Setiap kali aku menelpon mereka selalu bilang sibuk menyetor uang di Bank. Aku tidak berdaya sudah terperangkap di hati Pa Teddy. Aku tahu, dia sudah beristri dan punya 1 anak. Mengapa saya tidak berontak di kala itu. “Tidak… tidak.. aku mau bunuh diri saja!. Tidak ada guna saya hidup seperti ini. “ Tuhan di mana Engkau berada? “Aku mencari wajahMu lewat orang sekitarku!. Aku ingin sekali sentuhan Kasih SejatiMu Tuhan! “Hidupku seperti di padang gurun Ethiopia”. “Aku haus dan haus kasih cinta-Mu Tuhan!. Omelanku semakin menjadi ketika jam 12 malam, dan seolah-olah Tuhan tidak ada di hidupku.
          Suatu hari saya stress di Apartemen tiba-tiba deringan HPku menggoda untuk menjawab. Aku trauma pengalaman seperti di SMA dulu. Rupanya suaranya aku hafal yaitu sahabatku Steven. Selama satu jam aku menceritakan semua pengalaman pergumulanku. Steven begitu bijaksana bahwa jangan apa-apakan bayi  yang ada dalam rahimku. “Cindy dia tidak bersalah, Ia butuh seorang ibu! “Kamulah orangnya! “Dia butuh kehidupan sejati!. Dia titipan Tuhan Cindy! “Kamu tidak sendirian, saya siap membantumu!. “Saya lagi di Amerika ada seminar tentang penentang Aborsi”. “Kamu akan menjadi nara sumberku agar aku tesisku semakin dipercaya oleh dosen pengujiku. “Aku tidak siap Steven! “Aku malu dengan orang tuaku! Tidak.. saya harus gugurkan bayi ini” Ini bukan anak saya!
Aku tiap hari berkonsultasi dengan dokter, namun dokter mengatakan untuk menghabiskan bayi ini akan terjadi fatal buat hidupnya. Karena dia sudah sempurna dan lengkap. “Kamu harus siap menerima diri dan menjadi ibu tanpa Seorang Ayah. Pada hari berikutnya, tibalah Steven sahabatku. Aku di bawahnya ke psyisikater untuk konsultasi tentang peneriman kerapuhan diri.  Akhirnya aku mengambil keputusan untuk mondok di panti susteran Nirmala Jakarta. Di sini saya bahagia sekali karena berkumpul dengan wanita muda yang mengalami nasib sama. Tiap hari kami diberi materi cara mengelola penerimaan diri dengan benar. Saatnya waktu bagiku menerima semuanya itu sebagai pelajaran bagiku. Aku tidak mempersalahkan siapa-siapa. Aku tidak mempersalahkan kedua orang tuaku. Aku harus menerima resiko atas egoisku selama ini yang suka melawan orang tua. Akhirnya untuk mengenang kebaikan sahabatku, aku memberi  namanya Steven. Anaku bertumbuh besar hingga ia bisa menerima diri tanpa Ayah. 25 tahun kemudian ia menjadi seorang Imam tanpa Ayah. (Bruf)