Senin, 02 Maret 2015

Ini Sejarah Hidupku


Pojok Sharing



“Sang Musafir Austria-lah Mengubah Hidupku 
“Saya tidak tahu mau menulis dari mana untuk melukiskan sosok pribadi yang sulit dijangkau dengan kata-kata. Namun dalam situasi hati yang dikabut dengan dinginnya pagi hari di Kampung Pahar,  sambil menikmati secangkir kopi saya mencoba untuk mensharingkan dari keikhlasan hati tentang segudang pengalaman selama 3 tahun berlalu bersamanya, hingga detik ini sulit melupakan kepiwaian kasihnya kepadaku”. Dalam sharing ini saya hanya membagi pengalaman  di mata saya tentang Pater Thomas Krump, SVD sehingga saya bisa menjadi pribadi yang mengikuti biasan cintanya kepada semua orang yang dilayani demi kemuliaan Nama DIA di bumi dan di surga.

E.. Tuang Eaaa...  (1982-1986)
“E...e tuang eaaa... e tuang eaa....!!! (Sang Tamu Agung datang, Songsoglah dia). Demikian teriakan sejumlah anak-anak SDK Pahar bila menjemput Pater Thomas Krump, SVD di persawahan Ajang (Pintu gerbang masuk Stasi Pahar) saat beliau  mengunjungi Stasi Pahar setiap minggu IV  saat itu. Dalam barisan itu saya ikut bergembira bersama teman-teman mengiringi pater Thomas hingga sampai di Pastoran Stasi Pahar. Senyum merekah beliau memancarkan keindahan nan sejati dan mengundang anak-anak untuk selalu dekat dengannya. Karena teriakan anak-anak begitu kuat sering kali terlontar dengan ucapan spontan darinya “ Kamu pulang hemm... mandi hemmm..... neka ngaok hemmmm” dan lain-lain dengan mengulangi kata-kata yang sama. Dasar anak-anak bukannya takut dengan beliau malahan semakin tertawa gembira bersama-sama denganya. Kami pulang  darinya apa bila kepala sekolah mengusir dengan tegas, untuk kembali ke rumah masing-masing sampai Pater Thomas menyantap siang disaat itu.
Dalam pemandangan lain ada dua saudari hewan ( 2 ekor kuda) yang setia  menemani dia dalam berpastoral di berbagai stasi di Paroki Rejeng. Kedua hewan ini pun tidak luput kami layani dengan seonggok daun “Wateng” (Sejenis daun Kinggres) saat itu. Kepala sekolah saya saat itu (Bapak Goris Gaut) dengan penuh semangat untuk menyuruh setiap perserta didik membawa daung wateng dan dengan gembira pula siswa-siswinya untuk membawa ke sekolah dan kemudian disiapkan disamping pastoran bagi kuda  pemilik dari misionaris Hongaria ini. Masih banyak kisah kasih yang saya rekam tentang beliau, yang jelas masih dalam ingatan saya bahwa sejak kelas IV SD saya begitu tertarik untuk  menjadi misdinar bukan hanya ingin tahu tetapi rasanya bahagia sekali bersamanya jika melayani  bersama dia dalam pelayanan ekaristi di gereja Stasi Pahar.

Kitab Suci itu Jatuh dari Mimbar (1986-1992)
Seusai dari SD saya melanjutkan ke SMPN Golo welu. Di sini saya hanya bertahan 3 bulan karena orang tua saya tidak mampu membiaya uang sekolah dan pada saat bersamaan harus menanggung dua orang kakak di SMP St. Stefanus Ketang dan SMA Swasta di Ende. Saat itu  masih teringat dalam benaku di pagi yang cerah, Bapak Goris Gaut memanggilku untuk membawakan firman Tuhan (Lektor) untuk misa sekolah dari 3 SD (SDK Pahar-SDN Nati & Ndiwar).Saya takut untuk mewakili siswa dalam membawakan bacaan pertama, bukan karena takut membaca tetapi saya bukan anak SD lagi dan tidak pernah membaca di depan teman-teman dalam gereja.
Saat saya membaca  salah satu lembaran KS jatuh dari mimbar hingga keringat dingin mengucur dari dahiku. Aku membawanya dalam keadaan gemetar namun tetap percaya diri bahwa saya bisa. Setelah perayaan ekaristi Pater Thomas bertanya kepada Bapak Kepala desa (Bpk Philipus Rebiru) dan kepala sekolah  untuk menanyakan saya anak siapa dan berasal dari SD mana di Stasi Pahar.
Saya tidak tahu entah apa pembicaraan mereka tiba-tiba Pater Thomas memberi salam kepada saya sambil berkata: “Ngoeng kaeng etang tuang hemmm”. Saya takut dan kaget saat itu. Dalam lanjutan pembicaraanya bahwa saya akan tinggal bersama Pater untuk memelihara kuda atau karyawan pastoran Ketang Rejeng. Ketika saya menceritakan kepada ayah saya (Bpk. Ignas Gentor) ia sangat senang, sambil berkata: “ Nak inilah adalah rahmat Yesus yang hadir dalam Pater Thomas, kamu memang tidak tega oleh Tuhan untuk tinggal di kampung  menjadi penggangguran, Terima dan syukur kepada Tuhan atas kepercayaan itu”. Kata ayahku sambil menangis  di saat itu.
Disambut dengan Penuh Kedamaian
Pagi itu pukul 9.00 wib saya bersama ayah bertemu dengan Pater Thomas di Pastoran Ketang Rejeng. Saya kaget tiba-tiba dia memeluk saya sambil berkata: “ Selamat datang hemm, neka ritak.. neka rantang  agu neka ngonde...dan selamat berkerja di sini”. Kemudian ayah saya pamit dan menyerahkan segalanya kepada Pater Thomas dengan ucapan terima kasih yang berlimpah.
Hari pertama di Lingkungan Pastoran terasing bagiku. saya malu  menjadi bagian penghuni baru. Saya belum mengenal para karyawan/i pastoran. Yang menyapa saya pertama adalah   adalah Marcel (Pater Marcel Arjon SVD) dan kemudian dalam hari selanjutnya Kak Videlis, Yoyakim, Matias Datul, Enu Yovita lembu dan Kak Ros yang sampai saat ini masih menjadi karyawati di Pastoran Ketang.
Tugas rutin mulai beraksi dengan cepat dibantu oleh Marcel yaitu: bangun pagi membunyikan lonceng Gereja- mengatur perlengkapan Misa-memindahkan kuda-membunyikan lonceng Angelus- menghidupkan generator dan sebagainya hingga setiap sabtu  menemani Pater berpratroli (pastoral)  di setiap stasi (Mbohang- Tonggur-Pahar- Gencor-Urang- Anam- Rentung- Cireng) dengan penuh semangat dan gembira.
Pengalaman selama berjalan kaki dengan Pater Thomas disetiap  berpastoral bersamanya, yang masih saya ingat adalah  panggilan demikian: “ Nana neka gelang hemmm.. asi cekoen...” sapaanya itu membuat saya rasa aman dan tenang di hati. Saya hanya mengangguk karena berpikir bahwa inilah tugas berat sebagai anak remaja yang ingin bebas dari rasa malu membawa kuda di setiap stasi. Pastinya banyak orang memandang siapa yang menemani Pater Thomas dan lagi-lagi ketika ke Pahar menjadi pergumulan berat bagiku. Itulah tipe saya saat itu yang kadang-kadang berusaha menolak kenyataan pahit dari situasi gensi saat itu.
Monitoring Sekolah
Setelah sarapan pagi saya selalu mengintip teman-teman seusiaku  saat mereka baris-berbaris di halaman SMP Ketang saat itu. Aku  memandang mereka sambil berkata dalam hati” andaikan aku bisa seperti mereka mungkin saat ini saya tidak hanya melihat tetapi bergabung baris berbaris dengan mereka”. Ternyata Pater Thomas dari kamar juga ikut memantau pemandangan yang sama. Boleh dikatakan ikut memonitoring Kegiatan Proses Belajar Mengajar (KPBM)  jarak jauh di SMP Ketang. Ketika lonceng sekolah berbunyi tanda masuk tiba-tiba saya dengar suara yang cukup kaget di belakang saya : “ Mau sekolah hemmm.. Haloo..... halo... mau sekolah hemmm”. Saya berpikir Pater sedang berbicara dengan orang lain ternyata mengajak saya untuk bisa menjawab tawaranya. Sambil bernada bercanda saya menjawab: “ Ahhh Pater eeee... saya malu... inikan sudah bulan September... lagi pula sekolah sudah mulai bulan Juli dan siapa yang harus biaya lagi. “ Ohh kamu sudah berpengalaman sebelumnya, jangan takut... itu sekolah kita hemmm”. Bagaimana hemmm kita pergi daftar sekarang ya ??” Bagaikan mimpi di siang bolong aku terbawa oleh alunan obsesi dan selalu bertanya ada apa dengan saya ini Tuhan. Doaku selalu terjawab dan Pater Thomas menyelami pergumulan dalam hidupku. Terima kasih Tuhan untuk pengalaman yang berahmat ini.
Selama saya sekolah di SMP Ketang  segala kebutuhan selalu dilengkapinya. Sepulang sekolah dan dimalam hari selalu bertanya dan mendengar sharing dari saya setiap kejadian di sekolah. Seolah-olah saya intel sekolah. Dalam pembicaraan kami bukan hanya menceritakan metode guru dalam mengajar, hukuman bapak ibu guru bagi yang tidak displin tetapi lebih-lebih tentang kemampuan akademik saya disetiap mengikuti pelajaran di kelas.  Saya jujur secara akademik saat itu rendah dan  Pater Thomas tidak pernah menyatakan akan berhenti jika tidak naik kelas atau kembali menjadi karyawan tugas pokok di Pastoran, namun rupanya semuanya dilewat begitu saja dan saya tetap diperhatikan dengan hati yang berhumanis dan berjiwa kebapaan yang dahsyat.


Guru Kehidupan yang Berkarakter
Selama 3 tahun bersama denganya selain mensahringkan pengalaman hal ikhwal setiap hari, Pater Thomas adalah pendengar setia. Sekecil apapun pengalamanku, kesetiaan untuk mendengarnya menjadi inspiratif bagiku. Ketika saya membuang sampah sembarangan dengan sepontan beliau untuk menegur tentang pentingnya kebersihan dan keindahan lingkungan hidup. Keramahtamahan ekologis menjadi daya tarik khusus dari penyuka telur goreng ini.
Adapun hal-hal didikan Pater Thomas sebagai guru kehidupan saya adalah membina karakterku hingga bisa mengenal kedalaman diri saat ini.  Pater Thomas tidak pernah berhenti untuk mengajar bagaimana cara duduk  yang sopan saat duduk di kursi makan. Beliau tidak begitu suka bila kita bicara yang kelewatan saat makan dan  cara mengambil makan ala Eropa diajar dengan tegas dan dalam hal ini saya tidak menemukan di sekolah Formal. Hasilnya pun jelas saya bisa menyesuaikan diri apabila dijamu dalam restoran ala internasional semuanya berkat perhatian Pater Thomas.
Tata kerama dan ramah terhadap lingkungan hidup merupakan bagian dari cara hidupnya. Meskipun dia tidak terjun langsung tetapi ketajaman dan kekuatan kata-katanya mengubah mindset kita dalam bertindak seperti contoh yang paling sederhana  adalah cara membuka dan menutup pintu dan jendela yang tepat dan benar.
Selama 3 tahun bersama dialah, saya mencuri ilmu kehidupanya hingga menjadi bagian dari cara saya mengajar siswa ketika saya berperan sebagai bapak asrama atau guru di sekolah. Artinya ketegasan dalam berprinsip dan lugas dalam mengungkapkan menjadi kekuataan dasariah pembinaan saya bagi peserta didik. Semuanya ini tidak terlepas kurikulum kehidupan Pater Thomas yang mengajar saya dalam waktu yang singkat dan spontanitas.
Gaya dan cara Pater Thomas dalam berbicara yang bernada tinggi  bila ada hala-hal yan kurang berkenan baginya, pastinya semua tokoh Gereja, guru, para kaum berjubah yang ada di Paroki Rejeng sudah mengenalnya. Yang saya ambil adalah bukan kemarahanya tetapi tipe pribadi yang profesional dan cerdas yaitu tidak menyimpan dendam seperti kebanyakan kebiasaan adat kita orang Timur yakni terkadang mudah tersinggung atau pendendam.  Dan inilah yang patut saya mencoba dan menirunya dengan proses dalam rentang waktu yang lama yang sampai saat ini belum menjadi bagian dari miliku. 
Masih banyak  mutiara yang diperoleh dari beliau yang sulit digoreskan dengan tinta emas dalam tulisan ini namun nuansa hatinya yang begitu indah selalu ada dalam diri siapa saya yang pernah tinggal bersamanya. Waktu saya SMA  di Ruteng pun (1992-1995), Beliau selalu menyempatkan diri untuk mendengar sharing saya  ketika dia di Biara Provinsialat Ruteng secara berkala. Perhatiannya luar biasa dan saya merasa berutang budi karena semua kasih Pater Thomas tidak bisa saya lunasi namun saya percaya kasih itu saya jawab dengan menjadi  seorang Biarawan (Bruder) yang juga menebarkan ragi Kristus di Kalimantan dalam bidang pendidikan berawal dari taburan rahmat Allah lewat didikan Pater Thomas.
Apa yang kuanggap kepahitan selama bersamanya menjadi kemanisan sejati saat saya sendiri mengalami kasih Tuhan lewat orang yang saya layani. Semoga Pater Thomas Krump SVD menjadi gerbang dan pilar spiritualitas hidup saya  ataupun siapa saja yang pernah bersama denganya. Akhirnya “Selamat Pesta emas bagi Pater untuk 50 Thn berkarya di Paroki Rejeng. Separuh dari hidupmu sudah melayani dengan hati yang tulus bagi umatMu di Paroki Rejeng. Tuhanlah yang membalas kasihMu. “Sekali Pater Thomas Krump, Tetap Pater Thomas Krump. ** Bruder Flavianus, MTB
                                                               Kampung Pahar, 28 Juli 2014
** Penulis adalah seorang Biarawan yang saat ini sedang berkarya di  Kota Borneo tepatnya di SMP St. Tarsisius Singkawang Kalimantan Barat alumni SMP Ketang anngkatan ke 4.



         















Karya-karya   Orisinil  ini Kupersembahakan untuk Pater Thomas Krump, SVD dalam HUT ke 50 berkarya di Paroki Rejeng Ketang.

P-A- T-E-R     T-H-O-M-A-S   K-R-U-M-P    S-V-D
Perjalanan Kasih Cintanya di Paroki di Rejeng
Akan terasa labuhan Kasih-Nya  yang indah bagi  para peziarah
Tak terasa 50 tahun menabur  benih  Injil di tanah Rejeng
Entah kekuatan apa yang membuat betah menetap di tempat ini
Rahmat Tuhan   tak pernah habis bagi umatNya oleh tangan humanisnya.

Tertatih-tatih dalam menabur ragi di stasi Stasi
Hanya demi KemulianNya mengorbankan segala waktu dan pikirannya
Oleh semua umat disambut dalam keramahtamahan Ilahi
Meskipun tidak tahu bagaimana cara untuk membalas kasihnya
Akankah ini abadi bagi pewarta berikutnya.
Setiap orang merasakan kebaikannya di sepanjang sejarah

Keramah tamahan sebagai ras Eropa
Rupanya menjadi bagian  metode berkatekese
Untuk memberi isyarat simbol kegembiraan nilai Injili
Matanya  selalu berbinar seakan menyinari titik pelayanan yang sulit
Pada saatnya akan Indah karena bersamaNya dengan penuh riang        

Sabda Kristus menjadi spiritual kongregasinya
Versi Allah yang nyata dalam di alam semesta ini
Dalam Dialah selalu bergembira mewartakan namaNya sepanjang masa

                                                            Kampung Pahar, 28 Juli 2014       
                                                                 Br. Flavianus Ngardi, MTB


MUTIARA CINTA DARI HONGARIA

Paras eloknya mengagumi semua orang
Tak akan lari dari padanya ketika berpandang mata
Tatapan wajahnya menatap kasih
Tak batas ruang dan waktu untuk bersamanya

Konsitensi pilihan panggilanya menjadi insipiratif
Visi misi injil ditaburkan dengan penuh mesra
Sekali menginjak tanah pilihannya
Tak akan mengubah dari niat tulusnya

Hati dan mata dengan jernih mengarah kedepan
Tahap demi tahap membangun keberadaban manusia
Dia beranji teguh untuk mencerdaskan hati dan iman
Hingga dirasakan oleh semua umat di Rejeng

Lorong-lorong pewartaan dapat dijangkau dengan hati
Bergumul dalam teritorial yang terjal dalam gapai cinta
Hanya dengan senyum merekah menjalani dengan hati
Hingga dinikmati oleh banyak orang..

Adakah hati kita ikut merintis jalan yang dibangunya?
Adakah pikiran kita ikut mercerdaskan dengan membuka sekolah
Adakah iman kita ikut mendirikan Gereja dan bangunan gereja?
Hanya Mutiara dari Hongaria dapat beraksi taburan KasihNya

                                                                   Kampung Pahar, 28 Juli 2014
                                                                  Bruder Flavianus Ngardi, MTB


                                      Misionaris  Militan Kristus

Tidak ada kata lelah keluar dari bibirnya
Sekalipun bisa dirasakan dengan dirinya sendiri
Tak ada perasaan bosan dalam berpastoral
Sekalipun bergumul dengan segala persoalan

Putra kelahiran Hongaria dari keluarga mewah
Turun ke tanah untuk menunggang Kuda
Pesona kunjungan umat dalam aroma keceriaan
Menjadi magnet khusus bagi orang muda

Tidak mau meninggalkan umat yang sedang sakit
Berusaha mengunjunginya  untuk memberi TubuhNya
Tidak menghindari medan yang sulit
Malahan ditantang untuk bersahabat

Kini kakinya yang sudah berjalan beribu meter
Tak mampu lagi bertahan di mimbar
Kekuatan ototnya sudah dikurbankan bagi umat Rejeng
Demi Karya keselamatan Allah

Mungkinkah  nostalgia itu dapat diulangi
Namun tak mampu untuk mengungkapkannya
Hanya kata-kata yang terucap dengan kasih
Sudah 50 Tahun aku berbagi ragi di Paroki Rejeng

Ya.. dialah militan Kristus sejati
Dialah misionaris brilian dari Hongaria
Berjuang bersama umat Kristus
Demi keselamatan Abadi.
Kampung Pahar, 28 Juli 2014
                                                                  Bruder Flavianus Ngardi, MTB




Tidak ada komentar:

Posting Komentar