Cium
Pertobatan dan Cinta Kasih
Dony….!!!.
Dony……….!!! Ada apa kamu nak???.. apa salah saya!!. Kamu tidak pernah berubah
sikapmu! Dengarkan saya! Teriakan mamaku tidak kupedulikan. Aku cepat-cepat
masuk ke dalam mobil. Dari kejauhan saya juga melihat papa dengan wajah kecewa. Dan
mama lari kedalam rumah sambil menangis dengan kuat. Tapi aku tak peduli
situasi di pagi itu. Yang jelas aku mau ingin lari dari rumah. Aku lebih
memilih bergabung dengan rekan-rekanku ketimbang situasi dirumah bak kapal pecah.
Yeahh.. Aku memang anak remaja dewasa yang ga mau diatur kayak anak kecil lagi.
Omelanku menggoda temanku di mobil tertawa terbahak-bahak.. “Haaa…Dony..Dony…Dony…
kamu memang pandai akting di rumah”. Sambung Denis. “ Ngapain kamu bersikap
seperti itu dengan papa dan mamamu! Kitakan bukan anak kecil lagi! Haaa hari gini
masih ada ya gaya nasehat seperti itu haaa!!!” Ejekan Tony semakin memojok
perasaanku saat itu. Sialan kalian!! Busyet!!! “Sudahlah pokoknya gua mau bebas
kayak kalian!!.
Ketika
malam hari aku pulang ke rumah lagi, dan keluarga tetap dengan ramah mengajak aku untuk makan bersama di malam itu. Saya
begitu lahap dengan menu yang disediakan oleh mama. Tetapi rasanya ada yang ga
beres dalam kebersamaan dengan mereka. Menu mie pangsit pun terasa pahit
bagiku. Sungguh ada yang ga beres dengan orang tuaku. Aku terlalu egokah? Pikirku
dalam hati. Tetapi mengapa papa memandang saya dengan tatapan menuduh? Sadis benar sih Papa nih! Bathinku saat itu
sambil melirik ke piring adik sebelahku. Mengapa tak ada satu katapun yang
keluar dari papa kalau saya sedang mengecewakan mereka? Papa sepertinya diam dengan penuh misteri. Aku pikir biarlah
papa dan mama semakin jauh dariku. Untuk apa saya menikmati malam bersama
keluarga tak ada satu senyum pun yang bisa menghiasi menu di malam itu. Aku
semakin cuek dan sepertinya memang sengaja aku acting tidak peduli dihadapan
mereka.
“Papa
dan mama nih ga ngerti dengan perasaanku”. Aku dikekang kayak penjara aja nih
hidup ini. Papa selalu mengintip saya dari bilik tirai saat saya asyik
tidur-tiduran di sofa. Sambil tertawa ria
aku chating dengan teman-temanku, untuk mengimbang kejengkelan terhadap
sikap papa. Sepertinya papa terasa jauh dari hadapanku. “Bro… Dony.. Let’s go
boy!!” Teriakan satu team basket memanggilku dengan gembira di pagi itu. Oke
boy!! Da.aa Papa.. da.aaa Mama saya pergi lagi. Tiap hari kerjaku hanya kumpul
dengan teman-teman tanpa memikirkan bagaimana masa depanku nanti. “ Hari itu juga
semaki lesu semangat hidupku! Aku kecewa dengan teamku! . Masa competisi basket
kali ini kalah lagi! Pada hal persiapan kita udah satu tahun. Wahh kalian mematahkan
semangatku coi… tulis statusku di twitter, mengundang kicauan miring dari dari
teman-temanku.
Doorr!!…
gebrak!!… ini sudah tengah malam Dony!!!. Jam segini orang sudah tidur terlelap
dari kerjanya!! Malahan kamu asyik
dengan Handphone tanpa menghiraukan papa lagi!” Mulai sekarang tidak ada lagi
makan di tengah malam. Kata-kata papa seperti sambaran petir ditelingaku. Entah
setan apa yang menggodaku malam itu aku langsung mendorongnya sekalian melemparkan semangkok nasi panas ke mukanya.
Anak durhaka kamu ya!! Keluar!! Dan jangan ada tanpang muka kamu lagi di rumah
ini!!” aku cepat lari dan lompat lewat jendela belakang rumah dan untungnya ada
temanku yang bersedia tumpangan bagiku dimalam
itu.
“Huhhh…..Kalau
ga konflik seperti ini, belum tentu aku kuat menghadapi masalahku”. “Aku juga
tidak tahu memecahkanya! Keselku sambil menghirup sebatang rokok kesayangaku
saat itu. Ya, aku ga bisa tidur hingga pagi memikirkan kemarahan papa. “Bakalan
ga kulupakan selamanya, dari peristiwa ekstrem ini!!!”” Terikan suaraku begitu
meggema hingga temanku terbangun dari lelap tidurnya di saat itu. Aku harus
mandiri!!! Aku tidak mau merepotkan mereka lagi. Saya berjanji demi rasa
kehormatan sebagai remaja yang bertanggung jawab atas hidupku. Keesokan harinya
aku berangkat kerja. Ahh.. kerjanya dibangunan hotel gini, aku tidak suka !!
Kesalku sambil mengepalkan tangan didadaku. “Tuhan jangan menguji aku dong! Mengapa memberikan pekerjaan seperti
ini!! Lepaskan aku dari derita ini! Gugatku
pada Tuhan di pagi itu. Jujur bahwa aku
ingin suatu tantangan baru sesuai dengan
kemampuaku. Aku merasa ga nyaman pekerjaan seperti ini. Dan ini bukan pilihanku. Aku sebenarnya di dunia
panggung hiburan. Dunia entertaitment. Entah kenapa nasibku bisa berubah seperti
ini. Tetapi saya tetap bersyukur kepada Tuhan karena hampir setahun saya
menikmatinya meskipun hati saya bercokol atas nasibku ini. Cetusku sambil
membolak balik album kenangan bersama keluarga besarku.
Suatu
hari, saya mengalami despresi. Aku mulai membayangkan kasih sayang papa dan
mama di masa kecilku. Aku merindukan lagi bagaimana Papa seorang dokter yang
penuh perhatian kepada saya. Aku ingin lagi papa yang setia mengajar saya berjalan, lari,
hingga menjadi driver yang smart. Kenangan
itu menjadi kilas balik yang tidak bisa terulang lagi. Saat itulah saya baru
sadar kalau saya jatuh dari hotel lantai 5
dan saya memang posisi di Rumah sakit kala itu. “Tidak! Tidak!! Oh no!! “Tidak
dokter!” Saya tidak mau hidup seperti ini!! Aku tidak siap menerima penderitaan
ini!!. Ketika dokter dan perawat meninggalkan aku sendirian di kamar, aku
berjuang sekuat tenaga untuk melepas infus yang mengganggu aku untuk bernapas.
“Aku mau mati dok!! Saya tidak mau mengecewakan orang yang mencintaku selama
ini!!. Papa… mama… dimana kalian!! Kalian jahat!!! Kenapa kalian melahirkan
saya dengan menderita seperti in!!i. Setiap pagi saya diteraphi oleh dokter
untuk bisa berjalan normal seperti biasa, namun sakitnya luar biasa, seperti
sendi terlepas semua dari sambungan otot kakiku. Sungguh Tuhan menguji saya dengan
menderita seperti ini. Apakah Sakitku ini sebagai awal pertobatanku?. Apakah
melalui derita orang baru bertobat? Gumulku dalam hati sambil mata memandang
kosong di rumah sakit saat itu. Makanan yang mama bawa pun saya tidak
menyentuhnya. Pulang kalian!! Pulang!! Saya tidak butuh kasih sayang kalian!!. Biarkan aku sendiri di sini!! Aku melihat mama
dengan air mata berlinang dan tak bisa
dibendung lagi untuk merangkul aku. Aku terasa sekali dekapan dan sentuhan tangan mama,
seolah-olah tidak mau saya menderita
berkepanjangan di Rumah sakit.
Kira-kira
pukul 09.00 pagi, tiba-tiba ada lelaki yang begitu kuat menggedong saya dan
mengajar saya untuk berjalan perlahan-lahan. Aku berteriak dengan keras jangan
lakukan itu. Mendingan racuni aku supaya saya tidak hidup seperti ini. Aku
digendong dari rumah sakit hingga merebah tubuhku di kamar yang begitu lama aku
tinggalkan. Lelaki itu ternyata papaku. Teriakanku semakin kuat hingga Papa
tidak mau lepas tanganku dari dekapannya. Please.. papa lepaskan aku dari genggamanmu!!.
Papa… Mama…. !! aku minta maaf!!. Aku berjalan terseok-seok menuju meja makan. Menu itu ternyata menyadarkan
saya kalau hari itu adalah hari kebersamaan keluarga besarku. Menu Sam sip puam
adalah menu yang istimewa dalam perayaan hari itu Pa.ma.. Akong.. Ama… kakak
adik makan ya. Maafkan aku untuk segalanya . Hari itu menjadi sukacita yang
terbesar dalam hidupku dan memang di hari Imlek itulah aku merasa sukacita
kasih sayang Tuhan dan Orang tuaku. “GONG XI FA CAI” ke 2566 ya Papa dan Mama”. Ku cium tangan
mereka dengan penuh cinta kasih, sebagai cium pertobatan dan cinta kasihku pada
mereka. (bruf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar